Selasa, 30 April 2013

-SEBAGIAN WARNAKU-


Terdapatlah seorang gadis lulusan SMP yang bimbang akan melanjutkan studinya kemana lagi. Dalam benakknya saaat itu ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk orang tuanya dan berjanji akan melakukan apapun yang diinginkan oleh orang tuanya. Sampai pada akhirnya ibu dan bapaknya mengadakan musyawarah guna mencapai keputusan yang mufakat. Nah lho keputusan apa ini? Ternyata ibu dan bapak memutuskan untuk memasukkan anak gadis tersebut disalah-satu Madrasah Aliyah Negeri favorit di daerahnya. Bagaikan halilintar yang menyambar disiang hari yang cerah, duniapun berhenti berputar sejenak dan pepohonan menggugurkan daunnya secara seketika tanpa diberi aba-aba (edisi lebay :-)_), semacam itulah perasaan yang dirasakan sang gadis disaat mendengar rencana orang tuanya yang cetaaar membahana. Tapi apa hendak dikata dari awal sang gadis hanya ingin memberikan yang terbaik untuk orang tuanya. Tahukah Anda siapa gadis itu? Ya, itu adalah saya, memang pada awalnya saya merasa ragu jika harus melanjutkan studi ke MAN. Mengapa? Karena pada dasarnya saya adalah jebolan dari SMP, yang notabennya dalam pembelajaran sehari-hari tidak meyentuh pelajaran bahasa Arab dan pelajaran agama lainnya yang lebih menditail, seperti fiqih, aqidah akhlak dan qur’an hadist, paling mentok pelajaran agamanya disuruh menghafal surat-surat pendek (itupun kadang juga tersendat-sendat). Tidak seperti di MTS, paling tidak mereka lebih sering menyentuh pelajaran agamanya. Dalam kata yang lebih simpel saya bisa disebut minder (atau kalah sebelum perang, yach itulah sifat yang sering menghantuiku -_-). Dan dengan dukungan dari orang tua dan keyakinan hati sayapun mengikuti tes tertulis untuk mesuk sekolah tersebut.

Hingga pada akhirnya hasil tes seleksi menunjukkan bentuknya, betapa kaget dan rasa tidak percaya, namaku PUTRI SUCI EL MAHANANI tarcantum sebagai calon siswi di MAN Kota kediri 3. Subhanaalloh, padahal disaat mengerjakan soal tes saya merasa sangat-sangat kesulitan, apalagi dalam tes tersebut ada beberapa soal bahasa Arab. Akhirnya dengan metode “ngitung kancing” aku mengerjakan soal bahasa Arab yang pada dasarnya saya tidak paham sama sekali. Mungkin yang menjadi bekal pemahaman bahasa Arabku disaat itu hanya beberapa kata saja, misalnya Majnun (gila), ainun (mata), dan beberapa urutan nomer wahid (satu), itsnani (dua), tsalatsah (tiga), arba’ah ( empat) dan khomsah (lima) itupun aku taunya dari lagu anak-anak, :-). Mungkin inilah yang dimaksutkan Ridho orang tua adalah Ridho Alloh, dan murka orang tua adalah murka Alloh. Dari awal orang tua telah menginginkan saya untuk masuk ke sekolah tersebut, dan atas kehendak Dzat yang ruhku berada digenggamanNya saya diberi kelancaran. Syukron Yaa Rabb.
Seiiring berjalannya waktu saya berusaha menikmati posisi saya sebagai siswi sekolah tersebut. Hingga pada ahirnya ibu dan bapak mencetuskan keputusan baru untuk saya, yaitu untuk memasukkanku ke Asrama Putri yang masih satu lingkup dengan sekolah. Mau tidak mau aku harus menjalini permintaan orang tuaku. Dan dengan iringan Bismillahirrahmanirrahim, kumantapkan hati untuk melakukan keinginan orang tua, pastinya seluruh orang tua di dunia ini menginginkan yang terbaik untuk anaknya termasuk orang tuaku. Setelah melalui rentetan tes seleksi masuk asrama, lagi dan lagi jalan saya untuk masuk asrama pun dipermudah oleh-Nya. Subhanalloh (Sujud Syukur).
Hari pertamaku masuk asramapun tiba, sedikit ada perasaan bingung atau semacam galau disaat itu. Awal yang berat bagiku untuk hidup terpisah dari ibu dan bapak. “Mau tidak mau, inilah habitatmu yang baru, kamu pasti bisa! If you can dream it, you can do it” hal inilah yang sering saya ucapkan pada diri saya sendiri untuk menyakinkan hati agar tetap berada di Asrama dan berubah menjadi anak gadis yang lebih dewasa lagi. Di asrama ini pula saya menemukan orang-orang baru dalam hidup saya. Ada yang hitam, putih, kecil, gendut, ramah, judes, cerewet, pendiem semuanya berbaur menjadi satu keluarga yang saling menyayangi satu sama lain.
 Menjalankan peraturan asrama dengan baik itu adalah salah satu selogan yang terpajang kokoh pada salah satu ruangan (los) di asrama saat pertama kali aku menginjakkan kakiku di asrama. Wajib sholat berjama’ah 5 waktu di masjid, wajib mengikuti ngaji, intinya wajib mengikuti semua peraturan asrama dech. Bahkan nonton Tv pun ada jamnya, tidak kayak di rumah yang dikit-dikit nonton acara Tv, dikit-dikit bisa main game PS. Rasanya sulit bernafas dan jantung berhenti sejenak untuk mendistribusikan darah keseluruh tubuh, saat kubaca rentetan daftar peraturan asrama yang sungguh luar biasa menyekek tenggorokanku (edisi hiperbolla :-)). Sabar, itung-itung tirakat hati kecil berusaha menghibur diri ^^. “Kamu ingin jadi kerang mutiara, atau kerang rebus Putri?”. Pertanyaan inilah yang muncul dalam pojok pemikiran disaat langkahku mulai goyah.
Waktupun berjalan perlahan tanpa terasa mengiringi hembusan nafasku atas kehendakNya, dan perlahan tapi pasti saya dan teman seperjuangan lainnya merasa udah kebal dengan peraturan yang di buat oleh asrama :-), “Alach, mungkin ntar kalau kita nglanggar peraturan hukumannya cuma disuruh Ro’an, atau mungkin disuruh hafalan vocab” ini adalah cletukan yang keluar disaat saya dan teman bercanda. Awalnya dalam menjalani peraturan Asrama sangat berat, eh lama kelamaan jadi dianggap enteng aja itu peraturan :-). Pernah denger tidak peraturan itu dibuat untuk dilanggar ^^.Hingga pada suatu hari sekolah  mengadakan do’a bersama guna menghadapi UAN untuk kakak kelas saya. Secara tiba-tiba muncul ide nakal dari teman-teman untuk tidak mengikuti istighosah bersama, akhirnya saya ikut-ikut saja, ibuk, bapak maaf yaa anak gadisnya nakal ^-^. Disaat di masjid lantunan kalammulloh telah dilantunkan, saya dan teman-teman malah asyik-asyikan ngobrol ngalor-ngidul, dan tanpa kami sadari ternyata di halaman depan asrama kami ada salah satu tim tata tertib yang melakukan sidak ke asrama. Betapa kaget dan takutnya kami disaat melihat muka sangar dari tim tatib tersebut. Akhirnya obrolan kami terhenti dan kamipun langsung lari tunggang-langgang untuk mencari tempat sembunyi, namun apa boleh dikata karena begitu sempinya ruangan pasti nanti Beliau akan dengan mudahnya menemukan tempat persembunyian kami. Mau sembunyi di lemari, badan kami terlalu besar untuk masuk kedalamnya, mau ngumpet di kamar sebelah pasti nanti juga bakal ketahuan, mau ngumpet di longan tempat tidur juga bakalan kelihaan dan akhirnya tanpa mengambil keputusan lama, saya dan teman yang lainnya langsung melompat keluar kamar dengan lewat jendela, padahal posisi kamar kami berada di lantai 2, yang untungnya masih ada balkon untuk tempat kami melompat dan bersembunyi sejenak dibalik jendela di luar ruangan. Bayangkan jika tidak ada balkonnya, pasti keesokan harinya kami akan muncul di warta sekolah “Santri-santri nekat” :-) mungkin itu judul yang tepat untuk menggambarkan tingkah kami.
Perasaan was-waspun masih tetap mengglayuti hati kami, suara degupan jantungpun serasa semakin membahana bagaikan genderang perang yang menggebu-gebu. Selang beberapa menit kami rasa keadaan sudah membaik dan satu persatu kami mulai keluar dari tempat persembunyian kami dan masuk ruangan kamar lagi. Dan dengan seketika tanpa diberikan komando kami langsung tertawa terbahak-bahak setelah melakukan hal ekstrim yang sama sekali belum pernah dilakukan oleh santri lain sebelumnya. Dan cletuk salah satu temanku keluar “Baru pertama mbolos saja uda kayak gini kalang kabut ngumpetnya, besok-besok gag lagi dech!”, “Ini tandanya Alloh tidak mengizinkan kita untuk menjadi santri yang nakal, kasihan orang tua kita uda ngasih kepercayaan sama kita, ech kitanya malah seenaknya sendiri” sambung teman yang lain (sambil ngos-ngosan). Ini merupakan salah satu pengalaman yang berkesan selama saya berada di asrama. Banyak pengalaman lain yang mengajariku betapa berharga dan agungnya persahabatan. Mulai makan dari satu piring yang dimakan untuk 4 anak, walaupun menggunakan lauk yang seadanya tapi rasanya seperti makan makanan kelas restaurant, assyyyeeeekkk :-). Melakukan kerja bakti bereng atau kami biasanya menyebutnya dengan Ro’an. Berangkat sholat berjama’ah di masjid bersama-sama sambil menggunakan sandal kayu (bakiak), dan alunan derap langkah kaki yang menggunakan bakiak menjadi lantunan musik tersendiri yang menemani langkah kami menuju rumah Alloh :-). Bahkan kami juga sering dihukum bersama gara-gara melanggar peraturan bahasa, emang sih di asrama itu bahasa yang wajib digunakan adalah bahasa Arab dan Inggris, berhubung saya dan teman-teman yang lain kurang telaten dalam menggunakan dua bahasa tersebut (Bilang saja kalau tidak bisa Bahasa Arab ^_^) akhirnya kami jadi sering kena hukuman dari sie lughoh (bahasa). Namun dari asrama saya sedikit lebih paham dengan bahasa Arab dan Inggris, karena setiap harinya kami selalu diberikan vocab (kosa kata) sehingga saya sudah tidak terlalu sulit lagi untuk berkomunikasi dengan teman yang lain. Dan masih banyak hal lainnya yang kami lakukan secara bersama-sama disaat di asrama, kalau diceritain satu persatu nanti bakal membutuhkan waktu panjang, lebar dan luas :-).
Hal berkesan lainnya yang pernah kudapat dari asrama adalah disaat saya harus bangun lebih awal guna memboking kamar mandi, maklum namanya juga hidup bersama jadi kalau mandipun bakalan antri kayak di Pom bensin di saat BBM lagi langka gitu. Ada juga disaat salah satu dari kami tidak terkecuali saya mendapat giliran untuk melakukan piket pasar, ya piket pasar. Mungkin ketika mendengar istilah itu sebagian orang akan berfikir mungkin kami mendapat tugas untuk menyapu, mengepel, dan membersihkan lapak-lapak penjual ^_^, tidak! Bukan itu. Kami hanya mendapatkan tugas untuk berbelanja kebutuhan konsumsi untuk seluruh santri asrama yang akan diolah hari itu. Dapat dibayangkan, pagi-pagi buta dua petugas piket harus meluncur ke pasar dan membeli daftar-daftar belanjaan yang telah tertulis sebelumnya dan itu untuk porsi 105 santri disaat itu. Jika kami telat berangkat ke pasarnya atau bahasa singkatnya kesiangan, maka dapat dipastikan pula kami akan terlambat untuk masuk kelas.
Kini saya telah lulus dan membawa kenangan tersendiri yang takkan kulupakan selama saya di asrama.Terkadang teringat kenangan-kenangan konyol di Asrama tercinta. Ngobrak ngabrik lemari dan kasur temen yg lagi ultah, dikinci dan di guyur dikamar mandi, lompat jendela kamar umi kultsum dan robi'ah (salah satu nama untuk kamar santri), kejar-kejaran sama pak Isro' dan pak Hamim (nama salah satu Tim Tatib kami yang sangat tegas) saat telat keluar asrama. Ro'an (bersih-bersih bersama) bareng, makan satu nampan disaat ada hajatan. Jalan-jalan bareng tanpa menggunakan alat transportasi. Ngaji bareng bersama Asrama Putra dan pak Zen (Guru ngaji favorit para santriwan-santriwati :-)). Piket pasar naik becak,  ke sekolah menggunakan bakiak, berlarian ke asrama saat hujan untuk ambil jemuran dari tempat jemuran, bakar jagung bareng malam-malam. Dan hal-hal konyol lainnya yang saya lakukan bersama kalian kawan.
Dari asrama saya belajar banyak hal, dari tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Saya merasa beruntung karena bisa merasakan hidup di asrama dan perasaan syukur yang lebih adalah, saya bangga bisa menjadi bagian dari keluarga MAN Kota kediri 3. Mungkin inilah yang diharapkan oleh orang tua saya ^_^, anaknya bisa mendapatkan pengalaman yang lebih, dan bisa digunakannya sebagai bekal mengarungi hidup. Tidak semua anak bisa merasakan apa yang pernah saya rasakan. Dibalik semua kisah ini, peran orang tuaku sangatlah besar, Beliau selalu mendukung hal positif yang dilakukan oleh anaknya, hingga pada akhirnya saya mampu bertahan selama tiga tahun untuk tinggal di asrama dan jauh dari bapak dan ibuk. Ada kebanggaan tersendiri disaat melihat senyum kepuasan di wajah orang tuaku. Ibu.. Bapak.. yang ku berikan hari ini tidak akan cukup untuk membalas semua yang telah kalian berikan selama ini kepada ku. Demi Dzat yang ruhku berada dalam genggaman Mu, ku bersyukur kepada Mu, Engkau ciptakan orang tua sebagai pembimbing jiwa ini. Ya Rabb,, aku bersyukur kepada Mu, engkau telah mengizinkanku untuk di rawat dengan sentuhan lembut kasih sayang mereka dan menjadikan mereka tempat luapan emosiku disaat hati mulai rapuh. Ini merupakan sebagian warna dalam hidupku, dengan mengharab Ridho Illahi, langkah ini akan tetap menyusuri lorong-lorong sempit dan gelap, hingga pada akhirnya langkah ini kan membawaku menuju ujung lorong yang penuh dengan cahaya Rahmat Mu. Aamiin.

Lirik lagu yang selalu memberiku semangad, disaat hatiku mulai lelah untuk menggapai apa yang ku Harapkan.
Rapuh by Opick
Detik waktu terus berjalan
Berhias gelap dan terang
Suka dan duka
Tangis dan tawa
Tergores bagai lukisan
Seribu mimpi berjuta sepi
Hadir bagai teman sejati
Di antara lelahnya jiwa
Dalam resah dan air mata
Ku persembahkan kepadaMu
Yang terindah dalam hidupku
Meski ku rapuh dalam langkah
Kadang tak setia kepadaMu
Namun cinta dalam jiwa
Hanyalah padaMu
Maafkanlah bila hati
Tak sempurna mencintaiMu
Dalam dada ku harap hanya
Dirimu yang bertakhta
Detik waktu terus berlalu
Semua berakhir padaMu

2 komentar:

  1. mbak puput masih rajin nulis ya ternyata,, superrrrr sekali ceritanya,,, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe telaaaaattttt bgt jawab pesannya :-)
      hahaha pengalaman pribadi itu mbak ka

      Hapus

Terkadang kita hanya melihat seseorang sekilas dari penampilan yang nampak dari luar. Cukup ketahui apa yang kalian lihat di luar belum tentu mewakili sifat yang ada di dalam